Minggu, 05 April 2009

Mengais Untung Dari Rajut Sepatu Olahraga

Tulisan ini sudah diterbitkan di terbitkan di Tabloid Peluang Usaha (referensi bisnis terpercaya) pada edisi ke 16 bulan April 2009.

Darlis terus mengais untung dari merajut sepatu olahraga
Darlis Dahlan, produsen sepatu olahraga
Raih Omset Rp 160 Juta per Bulan Lewat Strategi Jemput Bola dan Ready Stock
• Sepatu Futsal Sedang Booming

Diantara berbagai jenis produk sepatu yang dijual di pasaran, jenis sepatu futsal saat ini termasuk yang paling banyak digemari. Booming sepatu futsal ini juga sangat dirasakan oleh pria perantauan asal Tanah Minang, Darlis Dahlan. Produksi sepatu yang dikelola secara home industri miliknya mampu meraup omset hingga Rp 40 juta per minggu. Bahkan pembelinya tidak hanya dari masyarakat lokal saja namun hingga ke mancanegara seperti Afrika dan Australia. Bagaimana kiat pemasarannya?

Pria asal Tanah Minang yang kini menginjak usia 39 tahun ini cukup bersyukur meraih sukses berbisnis sepatu olahraga setelah melewati berbagai kendala. Sejak merantau ke Jakarta di tahun 1990 ia bekerja di tempat rajut sepatu milik pamannya di Kutabumi, Tangerang. Setelah merasa cukup berpengalaman ia kemudian merintis usaha yang sama. Keberanian Darlis membuka usaha sendiri juga didorong oleh sang pacar (Kameri) yang kebetulan sedang kuliah di Padang. Akhirnya, pada tahun 1995 bermodalkan uang Rp 500 ribu, Darlis mulai membangun kerajaan bisnisnya sendiri. Apalagi keahlian dan calon pelanggan sudah ada tinggal mengembangkan jaringan baru. Ketekunan Darlis dalam membuat sepatu olaharga lebih karena keahliannya.
Modal Rp 500 ribu untuk memulai sesuatu yang besar tentu cukup berat, namun dengan adanya modal kepercayaan Darlis mampu mengambil hati pemilik toko bahan kulit sintetis yang ada di Tangerang sehingga pembayaran bisa diangsur, sementara untuk mesin jahit dia pinjam dari pamannya. Di awal usaha ini Darlis langsung mempekerjakan tiga orang karyawan. Bermodalkan bahan kulit sintetis yang diperoleh secara kredit, dalam tiga bulan pengusaha asal Padang ini mampu melunasi semua utang dari toko serta membayar gaji karyawannya. Seiring berjalannya waktu usaha Darlis semakin berkembang pesat, dan sekarang jumlah mesinnya ada delapan buah, dan harga per mesinnya Rp 500 ribu dengan merek Butterfly.
Menutur Darlis hal lain yang membuatnya betah berbisnis sepatu (perlengkapan) olaharga karena prospek usaha ini tidak pernah surut. Selama masih bergulir kompetisis sepabola baik dalam maupun luar negeri maka demam masyarakat akan sepatu olahraga takan pernah mati. Biasaanya peningkatan permintaan sepatu sangat terasa saat musim piala dunia atau piala eropa tiba, bisa mencapai 100 persen.
Produk. Produk yang dibuat adalah sepatu olahraga seperti sepatu futsal, jogging, sepatu bola, dan skaters. Home industry sepatu olahraga milik pria yang bersahaja ini menawarkan harga jual yang beragam, sepatu sport jogging, futsal rata-rata dari Rp 40 ribu hingga Rp 50 ribu/pasang, sedangkan sepatu skaters Rp 50 ribu/pasang.
Harga sepatu olahraga milik Darlis adalah harga grosir dengan pembelian per kodi. Pembelian hingga 20 kodi masih dikenakan harga standar dari 40 ribu/pasang hingga Rp 50 ribu/pasang. Namun, ketika pembelian melebihi itu bisa mendapat potongan harga hingga 10 persen. Selain itu, bagi pelanggan yang datang langsung ke workshop-nya akan mendapatkan potongan harga lebih besar lagi, karena ia menghargai semangat serta keseriusan pelanggan. Bisa saja berapa pun besar ongkos pengiriman produk ditanggung semuanya oleh Darlis.
Harga yang Darlis tawarkan juga bisa dibilang super murah, namun kelasnya masih premium. Kualitas bahannya tidak kalah dengan hasil olahan pabrikan. Jika di toko-toko sepatu futsal merek terkenal Anda bisa dapatkan dengan harga Rp 150 ribu hingga Rp 300 ribu, di sini Anda bisa menikmati langsung besarnya potongan harga. Untuk sepatu futsal ukuran 33 – 42 kualitas barang merek terkenal Darlis hanya menawarkannya dengan harga Rp 800 ribu/kodi hingga Rp 1 juta, sekitar Rp 40 ribu/pasang. Sejauh ini Darlis belum pernah menerima pembelian yang hanya sepasang, paling kurang satu kodi.
Selain membuat model sendiri, home industry milik Darlis bersedia membuat sepatu sesuai selera konsumen atau customized. Yang terpenting ada contoh maka barang siap dibuat, dan model serta harga bisa diatur. Begitu pula andai kata konsumen ingin memiliki sepatu namun tidak sesuai soal harga, misalkan ada konsumen yang memiliki model sendiri, namun setelah dihitung-hitung ongkos produk dan bahan bakunya bisa mencapai Rp 40 ribu/pasang, sementara kemampuan keuangannya hanya Rp 30 ribu/pasang. Jangan khawatir, Darlis mampu merealisasikan keinginan Anda dengan cara menyesuaikan jenis bahannya dengan modal yang Anda miliki. Untuk pemesanan dua minggu sebelum hari H, dengan minimal pesanan produk satu kodi.
Per minggunya satu orang karyawan Darlis mampu membuat sepatu 400 hingga 1000 pasang, atau dalam sebulan minimal bisa mencapai produksi 1600 pasang sepatu. Dikalikan dengan jumlah karyawan Darlis sebanyak 12 orang, maka dalam sebulan home industry milik Darlis bisa membuat sepatu hingga 19.200 pasang sepatu olahraga dengan berbagai jenis dan variasi atau sekitar 960 kodi.

Bahan Baku. Agar biaya produksi dapat ditekan bahan baku diperoleh dari limbah pabrik dan menurut Darlis sangat menguntungkan daripada mendapatkannya dari toko-toko. Biasanya untuk bahan berupa kulit sintetis, lem serta sol sepatu Darlis mendapatkannya dari pabrik yang ada di daerah Cikupa – Tangerang dari pabrik sepatu terkenal. Kualitas bahan limbah pabrik sangat bagus, bahan yang biasa dipakai pada sepatu merek ternama. Harganya juga super murah. Lain halnya dengan bahan toko yang harganya sedikit lebih mahal. Misalnya untuk harga lem sepatu dari limbah hanya Rp 90 ribu/kaleng, sementara jika beli di toko dengan kualitas yang sama harganya bisa mencapai Rp 240 ribu/kaleng.
Untuk kulit sintetis barang limbah jauh lebih murah sekitar Rp 40 ribu-45 ribu/kg. Sementara jika beli dari toko bahan harganya berkisar Rp 60 ribu–70 ribu/kg. Begitu pun dengan sol atau alas bawah yang kebanyakan berbahan karet, Darlis biasa mendapatkannya dengan harga Rp 110 ribu per kodi jika belanja dari pabrik, sementara jika dari toko harganya sedikit mahal hingga Rp 140 ribu. Sayangnya, dengan banyaknya perusahaan sepatu di Tangerang yang bangkrut, sebut saja NIKE, maka ketersediaan atas limbah ini menjadi berkurang. Terpaksa Darlis banyak memanfaatkan bahan toko, walaupun dengan harga yang sedikit lebih mahal. Untuk bahan dari toko biasanya Darlis mendapatkannya dari Pasar Kemis, Tangerang. Belum lagi belanja lem, benang, sol serta alas-alasnya. Khusus sol (alas bawah) harga per lembar Rp 5 ribu dan untuk 19.200 pasang sepatu harga solnya Rp 6,6 juta. Potongan-potongan bahan kulit sintetis yang Darlis peroleh terkadang mencapai ukuran 4 meter bahkan 5 meter dalam satu kilogram. Jika Darlis bisa mendapatkan kulit sebanyak 3½ kg saja, bapak dua anak ini sudah mampu membuat sepatu olahraga hingga satu kodi atau 20 pasang. Dimana dengan satu atau dua meter kulit sudah bisa menghasilkan dua atau tiga pasang sepatu. Untuk mendapatkan sepatu hingga 960 kodi, dalam sebulan ia harus menyediakan bahan baku hingga 320 kilogram kulit sintetis. Jika satu kilogram dihargai Rp 50 ribu, maka dalam sebulan Darlis mengeluarkan uang hingga Rp 51 juta khusus beli kulit sintetis.
Setelah mendapatkan bahan baku kulit hal lain yang dilakukan adalah menyablon kulit sepatu mengikuti tekstur sepatu yang akan dibuat. Sampai saat ini Darlis belum memiliki tempat sablon sendiri. Karena itu, Darlis sudah berlangganan dengan tempat sablon yang ada di dekat tempatnya dimana satu sepatu biasanya dihargai Rp 2.500.

Pemasaran. Pesatnya jaringan bisnis yang dibangun oleh ayah dari Dila (9 thn) dan Derry (6 thn) sangat didukung oleh keahliannya dalam membangun jaringan pemasaran. Darlis belum memiliki toko atau counter sendiri. Arah pemasarannya masih mengandalkan jasa agen atau grosir lainnya. Darlis sangat lihai dalam membangun hubungan dengan pelanggan. Walaupun cara pemasarannya masih door to door, namun yang terpenting yang Darlis lakukan adalah kebiasaan menjemput bola. “Saya sangat rajin menghubungi pelanggan saya, menanyakan ketersediaan barangnya. Karena terkadang, mereka (pelanggan) tidak punya waktu untuk menghubungi kita karena sibuk. Karena itu, aku selalu menjemput bola,” katanya.
Untuk menjaga kedekatan hubungan dengan konsumen juga dilakukan dengan memperhatikan betul kerapian jahitan. Ia berusaha untuk semua produknya ada ready stock sehingga ketika ada pelanggan yang butuh barangnya sudah tersedia. Darlis selalu membiasakan membuat produk lebih dari jumlah pesanan. Sehingga saat konsumen minta barangnya sudah ready. Kebijakan ini pula sangat membantu karyawannya karena mereka tetap dapat bekerja dan dapat gaji walaupun belum ada pesanan sepatu.
Bagi Anda pelanggan baru baik dalam Jabodetabek maupun dari luar Jawa, yang ingin membangun jaringan bisnis dengan Darlis, ia siap untuk mengirimkan sample produk beserta harganya. Jika Anda tertarik lagi baru barangnya dibuat, namun sebelum produk dibuat paling kurang ada down payment (DP) uang muka yang harus Anda setor minimal 50 persen. Jika pembayaran belum lunas maka Darlis hanya mengirim produk 50 persennya saja. Setelah semuanya dibayar baru sisa barang dikirimkan. Ongkos pengiriman bisa ditanggung Darlis atau juga ditanggung pelanggan sesuai kesepakatan harga.
Sejauh ini pelanggan sepatu Darlis secara keseluruhan memang berpusat di daerah Jabodetabek. Namun ada juga dari luar Jawa seperti Sumatra, Bali, Irian Jaya. Yang paling fantastis lagi, ternyata sepatu produk Darlis sudah sampai di Afrika yang dipasarkan oleh pedagang kulit hitam yang membeli produknya. Dalam menjalin hubungan bisnis dengan pembeli Afrika tersebut, bapak dua anak ini memiliki pengalaman menarik. Kemampuan berbahasa asing jadi kendala. Baik Darlis maupun pelanggan asingnya sama-sama kurang lihai berbahasa Inggris. Namun, hubungan dagang tetap lancar hanya bermodalkan kalkulator. “Kami sering bertemu terkadang di hotel, bisa juga di pasar. Kami bawakan produk dan harganya ditunjukkan lewat kalkulator. Jika mereka tidak setuju dan ingin ada pemotongan harga mereka (pembeli) tinggal tulis saja di kalkulator,” tandasnya tertawa. Namun, jika sang istri yang kebetulan berprofesi sebagai guru ada waktu, terkadang menemaninya menawarkan produk ke pembeli asing. Kebetulan sang istri cukup lihai berbahasa Inggris.
Bapak 2 anak ini juga pernah menghadapi masalah dalam bisnisnya saat ia dituduh telah mengambil merek sepatu terkenal, hingga diinterogasi sepanjang malam di Mabes Polri, Jakarta. Beruntung tuduhan tersebut tidak terbukti. Kejadian ini bermula dari adanya tuduhan kalau dirinya memakai merek yang tidak asli, padahal yang terjadi dirinya mendapat jatah produk dari pabrik yang secara sah mengeluarkan merek sepatu tersebut.

Karyawan. Seiring berkembangnya usaha, jumlah karyawan pun bertambah. Sampai saat ini Darlis sudah memiliki 12 orang karyawan. Hubungan yang dibangun dengan karyawan adalah relasi kekeluargaan. Darlis mempersilakan karyawannya untuk menginap di mess kalau tidak ada tempat tinggal. Biasanya bagi yang masih bujangan tidur di mess. Sementara yang sudah punya keluarga biasanya selalu pulang ke rumah.
Gaji karyawan sangat tergantung dari hasil kerja, atau dari jumlah produk yang dihasilkan. Minimal karyawan mendapat Rp 400 ribu per minggu untuk yang lamban, hingga Rp 1 juta untuk yang cepat. Misalkan dalam seminggu per karyawan mampu membuat 400 pasang sepatu atau 20 kodi dengan upah jahit per orang per kodi sebesar Rp 40 ribu, maka dalam seminggu ia mendapatkan penghasilkan Rp 800 ribu. Bila rutin kerja dalam sebulan ia bisa memperoleh gaji hingga Rp 4 juta. Jika dalam sebulan ke-12 orang pekerjanya memiliki cara kerja yang sama, maka budget untuk membayar pekerja cukup besar sekitar Rp 48 juta.
Selain itu Darlis tidak pernah mengistirahatkan pekerjanya, walaupun tidak ada pesanan tetapi produksi tetap jalan terus. Karena Darlis ingin mengamankan stok atau ready stok. Alhasil besarnya gaji yang diterima pekerjanya bisa saja melampaui jerih payah pekerja kantoran.
Omset Rp 40 juta per minggu juga mampu diperoleh Darlis dari usaha sepatu olahraga. Namun terkadang permintaan barang naik turun maka omset tersebut tidaklah murni dari sepatu olahraga. Darlis juga bermain pada produk sepatu lain misalnya sepatu pantofel. Keuntungan terbesar terjadi bila suami dari Kameri ini berhasil mendapatkan pembeli asing (orang Afrika) karena bisa lebih berpeluang untuk menaikkan harga. Bila biasanya ke pembeli lokal harga sepatunya Rp 40 ribu per pasang, maka ke pembeli asing ini bisa dihargai Rp 50 ribu per pasang. Namun, untuk mendapatkan pelanggan orang asing, terkadang Darlis rela menyasar sendiri keberadaan orang berkulit hitam yang biasa berkeliaran di Pasar Tanah Abang Jakarta Pusat sambil membawakan contoh produknya.
Setelah meraih omset per minggu sekitar Rp 40 juta, Darlis ternyata masih menyimpan mimpi yang lumayan besar. Jaringan produksi sudah 90 persen dikuasai, karena itu harapan ke depannya membangun jaringan pemasaran yang tambah besar lagi, dengan memiliki showroom penjualan sendiri. Selain itu juga menjangkau pemasaran lewat internet dan memiliki merek sendiri yang lumayan bagus. Makaris

Info Lebih Lanjut Dapat Menghubungi:
Darlis Dahlan
Kutabumi – Pasar Kemis –Tangerang
Telp: 081 331304625 – 081315063311 – 0215925648 – 0215921162

4 komentar:

  1. gan ane mau bisnis jual bli sepatu bisa ga kite ketemuan posisi ane dari sumatra gan tepatnya di bandar lampung,tolong infonya dan bantuanya gan agar ane bisa memulai bisnis ane.... 081272439000 ni no hp ane....

    BalasHapus
  2. nice info
    ane mau order sekitar 100 pasang
    tolong infonya ke 082122894642 an: Zebua

    BalasHapus
  3. ane mau order 50 pasang untuk acara

    BalasHapus
  4. tolong infonya ke 081366365333

    BalasHapus