Minggu, 05 April 2009

Bisnis sepatu Darmawel Dahlan Terangkat seiring Booming main Futsal

Tulisan ini sudah dimuat di Tabloid Peluag Usaha, edisi ke 15 pada Maret 2009. Info lengkapnya bisa anda dapatkan di sana.


Booming sepatu futsal bawah rejeki nomplok buat Darmawel Dahlan

Omzet 100 juta per bulan
Jl Kutilang 3 No 21 Pondok Sejahtera
Kutabumi – Pasar Kemis – Tangerang

Apa yang sekarang diterimah Darmawel Dahlan bukan berarti tanpa perjuangan yang keras. Liku-liku kehidupan sudah dia alami dan rasakan sendiri. Mulai dari bagaimana orang cepat terbuai oleh pangkat dan kedudukan sampai pada kerasnya persaingan usaha, mempertahankan merek sendiri (lokal) di tengah gempuran produk bermerek asing terkenal.

sepanjang usahanya, Darmawel Dahlan dua kali mengalami krisis kepercayaan diri, hingga bankrut. Semenjak berdirinya home industri pada tahun 1997 pada tahun 2002,usaha Darmawel abruk untuk pertama kalinya. Pertama terjadi pada 2002. Adapun penyebabnya adalah karena gagal bayar dari pelanggan serta keberaniannya memakai merek sepatu sendiri "maxwell" terbukti membawanya kelubang kehancuran. itu adalah bukti bagaimana masyarakat kita lebih menyukai merek / branded asing daripada merek lokal.

setelah terjatuh pada 2002, modal Mawel mengempes, sementara utang menumpuk. beruntung pemilik toko bahan masih menaruh harapan padanya. Darmawel kembali berusaha bermodalkan bahan baku kredit, sementara utang senilai Rp 20 juta harus dicicil per bulan. Dalam waktu tiga bulan semua utang berhasil dia lunasi. Bisnisnya kembali jalan normal tanpa beban utang.

Cobaan belum juga berlalu dari Darmawel, pertengahan tahun 2004, Mawel kembali mengalai depresi berat. Penyebabnya adalah soal cewek, kenapa tidak hubungannya dengan sang pacar yang dibina hampir lima tahunan tiba-tiba putus tanpa ada alasan yang jelas. Calon istri yang saat itu tengah menjalankan kuliah semester akhir fakultas kedokteran di padang tibat-tiba memutuskan untuk berpisah dengan Marwel. Alasannya pun tidak jelas. Barang kali perbedaan status yang membuat keduanya berada bagai langit dan bumi. Marwel hanyalah seorang pria tamatan SMK sedangkan sang pacar lulusan sarjana fakultas kedokteran pula. Depresi berat Marwel alami hampri satu tahun lebih. Hasil kerja selama tiga tahun lenyap dalam sekejap. Marwel menghabiskan semua jerih payahnya hampir Rp 150 juta dengan berfoya-foya. Diluar modal sendiri yang lenyap, utang kembali melangit.

Beruntung pada 2006, Marwel seperti terbangun dari tidur panjangnya. Marwel kembali tersentuh untuk merintis kembali usahanya.Walaupun hutang sudah menumpuk hampir Rp 30 juta namun Mawel tetap memberanikan diri untuk minta bantuan ke Toko bahan langgannanya, agar mendapatkan bahan baku kembali. Beruntung, toko bahan kembali merelakan Mawel dapatkan kredit bahan baku. Bak gayung bersambut, home industri sepatu yang dia jalankan langsung merangkak naik. Pilihan produk sepatu futsal yang dia pilih ternyata sangat naik down di pasaran. Saat itu, lagi demamnya piala dunia. Dimana-mana orang ramai membicarakan sepak bola. Permintaan akan sepatu futsal pun terus mengalir. Sehingga utang bawaan serta utang dari pengambilan barang sebanyak Rp 25 juta terbayar hanya dalam sebulan usaha. Pada tahun yang sama Marwel sudah bisa membeli mobil.

Usaha rumahan membuat sepatu olahraga milik Marwel kini berkembang pesat. Beragam sepatu sudah dia hasilkan. Karyawannya pun kini bertambah dari hanya tiga orang pada tahun 1997 sekarang sudah menjadi 20 orang. Dengan penugasan 18 orang pada bagian penjahitan, dua orangnya lagi pada bagian finishing.

Produk.------Kini Marwel produk sepatu Marwel lumayan terkenal. Terbukti produknya sudah lengket di hati pelanggan grosir setianya baik di Jabodetabek maupun dari luar jawa. Per bulannya permintaan akan sepatu bisa mencapai 100 kodi.

Produk sepatunya mulai dari sepatu untuk jalan (jogging), sepatu bola Voly, bola sepak, hingga sepatu futsal yang paling banyak di gandrungi masyarakat, khususnya anak mudah di perkotaan. Demam futsal memang sangat terasa di perkotaan, apalagi seiring berkurangnya lapangan bola sepak ukuran besar, maka futsal satu-satunya lapangan yang di tuju untuk main bola. Harga produk yang ditawarkan pun sangat murah, rata-rata dari Rp 40.000 hingga Rp 50.000 per pasang.

Karyawan---------- Saat ini Darmawel sudah memiliki 20 karyawan. Darmawel sangat menjaga betul hubungannya dengan karyawannya. Perlakukan karyawan sebagai saudara sendiri. Tidak terlalu ketat seperti yang diterapkan pada industri besar. Mawel yakin jika karyawan tenang, maka segala sesuatu yang mereka kerjakan akan dapat hasil yang baik. Namun, soal penggajian Darmawel belum sanggup memutuskan karyawannya sebagai pekerja tetap dan dapat ongkos bulanan. Karena semuanya bergantung pemesanan orang. Kalau ada pesanan maka mereka kerja tetapi kalau lagi sepi Darmawel mempersilakan karyawannya cari keberuntungan lain.

Untuk ongkos darmawel membaginya sesuai tingkat kesulitan kerja, per orang per sepatu. Misalnya untuk ongkos jahit terbilang paling rumit dikenakan Biaya Rp 4000 per orang per sepatu. Sewa press manual Rp 2500 per orang per sepatu. Bagian finishing disewa Rp 1000 per orang per sepatu. Biasanya paling kurang per harinya para pekerja mampu menjahit sepatu hingga satu kodi per orang, press bisa 8 kodi per orang.

Barang modal-------- Untuk menunjang kegiatan produksinya, Darmawel sudah memiliki 15 unit mesin jahit merek Butterfly, rata-rata harga per unitnya mencapai Rp 2.500.000. Bahan baku yang diperlukan dalam membuat sepatu adalah bahan kulit, sol (alas bawah) lem, jarum, gunting, taxxon untuk lapisan dalamnya. Pengeluran untuk listrik per bulannya bisa Rp 150.000, begitu pun Biaya air.
Biaya sablon per sepatunya bisa mencapai Rp 2.500.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar